Misteri Randu Alas: Legenda Mistis di Kartasura yang Tak Terlupakan
Misteri Randu Alas di Pabelan Kartasura |
Kisah Mbah Diro dan Randu Alas: Pertemuan dengan Gadis Berwajah Cantik, Berkaki Kuda
Sejarah dan Lokasi Randu Alas
Pada era 1960-an hingga 1980-an, di wilayah Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, ada sebuah tempat yang sangat terkenal dengan keangkerannya, yaitu Randu Alas, yang juga dikenal dengan nama Randu Siji. Pohon ini merupakan pohon kapuk yang luar biasa besar dan tinggi, sehingga berbeda dari pohon randu pada umumnya. Karena ukurannya yang sangat besar dan keberadaannya yang mencolok di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Kartasura, pohon ini diberi nama Randu Alas (alas yang berarti hutan dalam bahasa Jawa). Selain itu, pohon ini juga sering disebut sebagai Randu Lanang (randu jantan) atau Randu Siji (randu satu) karena merupakan satu-satunya pohon randu yang besar di sepanjang jalan tersebut.
Randu Alas terletak di desa Pabelan, persis di sebelah Super Market Goro Assalam. Pohon ini menjadi ikon daerah tersebut dan dikenal hampir oleh semua penduduk lokal. Banyak orang yang merasa ngeri saat melewati pohon ini, terutama pada malam hari, karena berbagai kisah mistis yang melingkupinya.
Kejadian-kejadian Mistis di Randu Alas
Kisah-kisah mistis tentang Randu Alas sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga Kartasura pada masa itu. Banyak kejadian aneh dan supranatural yang terjadi di sekitar pohon tersebut, mulai dari penampakan makhluk halus hingga kecelakaan lalu lintas yang sering kali dikaitkan dengan keberadaan pohon itu.
Banyak warga yang mengaku melihat penampakan sosok-sosok gaib di sekitar Randu Alas. Beberapa orang melaporkan melihat sosok perempuan cantik dengan wajah pucat yang sering muncul di malam hari. Ada juga yang melihat bayangan-bayangan hitam melayang di sekitar pohon. Penampakan-penampakan tersebut menimbulkan ketakutan dan membuat banyak orang enggan untuk melewati jalan itu pada malam hari.
Selain penampakan, kecelakaan lalu lintas di sekitar Randu Alas juga sering terjadi. Banyak pengendara yang mengalami kecelakaan aneh di dekat pohon tersebut, seperti tiba-tiba kehilangan kendali atau melihat sosok-sosok misterius yang membuat mereka panik. Kejadian-kejadian ini semakin memperkuat reputasi angker Randu Alas.
Pengalaman Mbah Diro: Pertemuan Tak Terduga
Salah satu kisah paling terkenal yang berhubungan dengan Randu Alas adalah pengalaman mistis yang dialami oleh Mbah Diro pada sekitar tahun 1970-an. Pada masa itu, Mbah Diro masih muda dan sering menghabiskan malam minggunya di kota Solo, menonton bioskop di UP Teater. Ia mengendarai sepeda onthel merk Batavus, sebuah kendaraan yang cukup mentereng pada masa itu.
Suatu malam, setelah menonton bioskop, Mbah Diro pulang melewati jalan yang melintasi Randu Alas. Di tengah perjalanan, tepat di depan pohon Randu Alas, ia bertemu dengan seorang gadis muda yang sangat cantik. Gadis itu tampak sendirian dan meminta untuk diantarkan pulang ke Kartasura. Mbah Diro, yang terkenal sebagai pemuda playboy, merasa senang dan tidak menolak permintaan tersebut.
Dalam perjalanan, gadis itu terus bercerita tentang patah hatinya karena ditinggal kekasih. Ia menempelkan wajahnya di punggung Mbah Diro, membuat hati pemuda itu berdebar-debar. Gadis itu begitu mempesona, sehingga Mbah Diro tak kuasa menolak pesonanya. Namun, sesampainya di tempat yang sepi, Mbah Diro menyadari sesuatu yang mengerikan. Ketika ia turun dari sepedanya dan berniat untuk melakukan sesuatu yang tidak senonoh, ia sangat terkejut dan takut yang luar biasa, setelah melihat bahwa gadis cantik itu memiliki kaki yang tidak seperti manusia biasa, melainkan gadis itu berkaki kuda.
Ketakutan luar biasa langsung menyergap Mbah Diro. Ia segera lari sekuat tenaga, meskipun kenyataannya ia hanya berlari di tempat. Pengalaman tersebut meninggalkan trauma mendalam bagi Mbah Diro dan menjadi salah satu cerita legendaris yang menambah kesan angker pada Randu Alas
Akhir dari Randu Alas
Keberadaan Randu Alas yang begitu dominan dan menakutkan akhirnya berakhir pada tahun 1980-an. Pohon itu tumbang bukan karena ditebang, tetapi karena terbakar. Seorang gelandangan yang diduga mengalami gangguan jiwa tanpa sengaja menyalakan api unggun untuk memasak di bawah pohon tersebut. Api yang dibiarkan menyala itu akhirnya membakar habis Randu Alas. Peristiwa tersebut seolah mengakhiri era keangkeran pohon itu, meskipun cerita-cerita mistisnya tetap hidup dalam ingatan warga sekitar
Dampak Sosial dan Budaya dari Kisah Randu Alas
Kisah-kisah mistis tentang Randu Alas memberikan dampak yang cukup signifikan pada masyarakat sekitar, terutama dalam hal kepercayaan dan budaya. Randu Alas menjadi bagian dari folklore lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Cerita-cerita mistis ini tidak hanya menjadi bahan obrolan, tetapi juga membentuk cara pandang masyarakat terhadap hal-hal gaib dan supranatural.
Selain itu, keberadaan Randu Alas juga mempengaruhi kebiasaan sehari-hari warga. Banyak yang memilih untuk menghindari jalan tersebut pada malam hari, atau setidaknya menghindari berjalan sendirian. Beberapa warga bahkan melakukan ritual-ritual tertentu sebagai bentuk penghormatan atau perlindungan saat melewati tempat itu. Meskipun Randu Alas kini sudah tidak ada, kisah-kisahnya tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya dan sejarah lokal Kartasura.
Kesimpulan
Randu Alas bukan hanya sekadar pohon besar di pinggir jalan; ia adalah simbol dari kisah-kisah mistis yang menghiasi kehidupan warga Kartasura pada era 1960-an hingga 1980-an. Kisah-kisah seperti yang dialami Mbah Diro menjadi bagian dari warisan budaya lisan yang terus diceritakan dari generasi ke generasi. Meskipun pohon itu kini sudah tidak ada, kenangan dan cerita-cerita mistisnya akan selalu menjadi bagian dari sejarah lokal yang menarik untuk dikenang. Kisah-kisah ini mengingatkan kita akan betapa kuatnya pengaruh cerita rakyat dalam membentuk identitas dan budaya suatu komunitas.
Randu alas yang dimaksud apakah yang dulu ada disebelah barat SMP Neg 2 Kartasura itu ya
BalasHapusYa betul,saya kebetulan tinggal di Pabelan,memang dulu terkenal angker,sekarang biasa biasa saja
BalasHapus