Legenda "Hantu Bibir Merah" di Kampung Keden

                           
Legenda Hantu Bibir Merah di Desa Keden
Legenda Hantu Bibir Merah di desa Keden 

Kejadian Mistis Pak Taruno, Sang Penjual Jajanan Tradisional

Pak Taruno adalah seorang pedagang jajanan tradisional khas Jawa yang tinggal di Desa Jagalan, Pabelan, Kartasura. Sosoknya dikenal sebagai orang yang ramah dan rajin. Setiap sore sekitar pukul 17.00 WIB, Pak Taruno mulai berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya untuk menjajakan dagangannya. Aktivitas ini sering berlanjut hingga tengah malam, sekitar pukul 00.00 dini hari.

Sebagai pedagang yang berkeliling hingga larut malam, Pak Taruno sering mengalami berbagai kejadian mistis di luar nalar. Mulai dari penampakan bayangan hitam, suara-suara aneh seperti orang memanggil namun tak ada siapa-siapa, hingga bau-bau aneh yang muncul tiba-tiba. Namun, dari sekian banyak kejadian mistis yang dialaminya, ada satu peristiwa yang tak pernah bisa dilupakan oleh Pak Taruno. Kisah ini terjadi pada tahun 1970-an, tentang sosok misterius yang dikenal sebagai "Hantu Bibir Merah."

Suatu Sore yang Tak Biasa


Suatu sore seperti biasa, Pak Taruno memulai rutinitasnya. Dengan tenongan yang dipikulnya, ia berkeliling menawarkan dagangannya. Suara khasnya yang melengking, "lhoooooo....gi lho, gi lho oooo..." sudah sangat dikenal oleh penduduk kampung yang ia lewati. Pada masa itu, banyak kampung yang masih gelap gulita karena belum terjangkau listrik, sehingga suara Pak Taruno sering kali menjadi penanda waktu bagi warga setempat.

Tepat pukul 21.00 malam itu, Pak Taruno memasuki Kampung Keden di Kalurahan Ngadirejo. Seperti biasa, ia mulai menawarkan dagangannya, "lhoooo....... gi lhooooo........ gi lhoooooo..." Suara khasnya memecah keheningan malam kampung Keden. Namun, malam itu terasa berbeda. Kampung Keden tampak sangat sepi, lebih sepi dari biasanya.

Pertemuan dengan Sosok Misterius

Tiba-tiba, dari kejauhan muncul sosok wanita cantik yang berjalan mendekati Pak Taruno. Wanita itu mengenakan daster putih dengan rambut panjang terurai, tampak anggun namun misterius. "Tumbas, Kang," kata wanita itu dengan suara lembut. Pak Taruno berhenti dan membuka tenongannya, siap melayani pembeli yang datang. Ia sedikit heran, karena baru kali ini ia melihat sosok wanita ini. Padahal, ia sangat kenal dengan hampir semua penduduk Kampung Keden. "Mungkin penduduk baru," gumannya dalam hati.

Wanita itu tampak sedang mengunyah sirih, atau dalam bahasa Jawa disebut 'nginang,' sehingga bibirnya tampak merah menyala. Sambil memilih jajanan yang akan dibelinya, wanita itu menatap Pak Taruno dengan senyum yang menggoda. "Wis abang, Kang?" (Sudah merah, Kang?) katanya, memperlihatkan bibir merahnya yang berkilau di bawah cahaya rembulan. Pak Taruno, yang merasa ada yang aneh namun tak ingin bersikap kasar, menjawab, "Abrit..." (merah dalam bahasa Jawa halus).

Keganjilan yang Menjadi Mimpi Buruk

Wanita itu kembali bertanya, "Wis abang, Kang?" sambil memperlihatkan bibirnya yang semakin memerah. Pak Taruno mengangguk, "Abrit..." Namun, rasa cemas mulai merayapi dirinya. Tatapan wanita itu semakin tajam dan senyumnya semakin lebar. Sekali lagi, wanita itu bertanya, "Wis abang, Kang?" sambil memperlihatkan bibirnya yang kini tampak mulai memanjang.

Pak Taruno merasa ada yang tidak beres. Bibir wanita itu terus memanjang, dan semakin panjang hingga hampir satu meter. Dengan rasa takut yang memuncak, Pak Taruno berteriak, "Abrit! Abrit! Abrit!" sambil berlari sekuat tenaga meninggalkan tempat itu. Tenongan dagangannya terjatuh, dan ia terus berlari tanpa menoleh ke belakang.

Setelah Peristiwa Menyeramkan

Sejak malam itu, Pak Taruno tak pernah lagi melihat sosok wanita itu. Namun, cerita tentang "Hantu Bibir Merah" yang ditemuinya malam itu menjadi buah bibir di kalangan penduduk Kampung Keden. Mereka percaya bahwa wanita itu adalah arwah penasaran yang mencari mangsa di malam hari. Kisah ini terus diceritakan dari generasi ke generasi, menjadi salah satu cerita mistis yang paling menakutkan di daerah itu.

Pak Taruno, meski tak pernah melupakan kejadian tersebut, tetap melanjutkan rutinitasnya sebagai penjual jajanan tradisional. Namun, setiap kali melewati Kampung Keden di malam hari, ia selalu merasa ada yang mengawasinya dari kegelapan, seakan-akan sosok "Hantu Bibir Merah" masih berkeliaran, menunggu kesempatan untuk muncul kembali.

Epilog: Pengaruh Cerita Mistis di Kampung Keden


Cerita tentang "Hantu Bibir Merah" menjadi legenda yang hidup di Kampung Keden. Bukan hanya Pak Taruno yang merasakan dampaknya, tetapi juga generasi berikutnya yang mendengar kisah ini. Kejadian ini mengajarkan warga untuk selalu waspada dan menghormati hal-hal yang tak terlihat, menjaga tradisi lisan dan memperkaya budaya cerita rakyat setempat. Kampung Keden, dengan segala kisah mistisnya, tetap menjadi bagian penting dari sejarah dan budaya Jawa yang penuh dengan misteri dan keajaiban.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban di Tengah Agresi: Kisah Raden Demang Djogo Soetomo

Misteri Randu Alas: Legenda Mistis di Kartasura yang Tak Terlupakan

Misteri di Balik Perjalanan Hidup Pak Waluyo: Dari Kejadian Tragis Hingga Teror Arwah